Rabu, 19 Oktober 2011

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MANUSIA PURBA DI MASA PRA-AKSARA KE ZAMAN AKSARA

A. Pengertian Masa Pra Aksara
B. Asal-Usul
C. Kehidupan
D. Manusia Purba di Indonesia
E. Kehidupan sosial,ekonomi,budaya dan kepercayaan


 A.  Pra-aksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa pra-aksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa pra-aksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa pra-aksara disebut juga dengan masa pra-sejarah, yaitu suatu masa dimana manusia belum mengenal tulisan.

B.   Menurut Ilmu Geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi), perkembangan bumi terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut.

Zaman Arkaekum
     2500 juta Tahun
Yang Lalu

Zaman Paleozoikum
       340 juta Tahun
Yang Lalu

ZamanMesozoikum
       140 juta Tahun
Yang Lalu

ZamanNeozoikum
      60 juta Tahun
Yang Lalu


Zaman Tersier
        
Kala Pleistosen
Kala Holosen
Zaman Kuarter


1. Zaman Arkaekum/Azoikum (Zaman Tertua)
Pada zaman ini belum stabil, kondisi bumi dan udara masih panas, kulit bumi masih dalam proses pembentukan dan belum ada tanda-tanda kehidupan.

2. Zaman Palaeozoikum (Zaman Kehidupan Tertua)
Keadaan bumi belum stabil, iklim masih berubah-ubah dan curah hujan sangat besar. Pada zaman ini sudah mulai tanda-tanda kehidupan. Seperti makhluk bersel satu (mikroorganisme),hewan-hewan kecil yang tak bertulang punggung, jenis ikan dan jenis ganggang atau rumput-rumputan. Zaman ini juga disebut Zaman sekunder (zaman pertama).

3. Mesozoikum (Zaman Kehidupan Pertengahan)
Pada zaman ini kehidupan di bumi semakin berkembang. Binatang-binatang pada masa itu mencapai bentuk yang besar sekali. Antara lain Dinosaurus panjangnya 12 meter, Atlantosaurus panjangnya 30 meter. Jenis burung sudah mulai ada. Zaman ini disebut pula dengan zaman reptil, karena pada zaman jenis binatang reptil yang paling banyak sekali.

4. Neozoikum atau Kenozoikum
Keadaan bumi pada zaman ini semakin membaik. Perubahan cuaca tidak begitu besar walaupun zaman es masih ada. Kehidupan berkembang dengan pesat sekali. Zaman ini dibagi menjadi beberapa zaman, antara lain:




a. Tersier
Pada zaman ini ditandai dengan semakin berkurangnya binatang raksasa. Binatang menyusui sudah mulai ada. Beberapa jenis monyet dan kera telah mulai hidup.

b. Kuarter
Pada zaman ini telah ada tanda-tanda kehidupan manusia. Bagian-bagian zaman ini disebut dengan istilah kala. Zaman ini dibagi dalam dua bagian yaitu;

1) Kala Pleistosen (Dilluvium)
   Disebut juga zaman es/glacial. Es dari Kutub Utara mencair hingga menutupi    sebagian Eropa Utara, Asia Utara, dan Amerika Utara. Sedangkan daerah jauh dari kutub terjadi hujan lebat selama bertahun-tahun.

2) Kala Holosen (Alluvium)
   Sebagian besar es di Kutub Utara sudah mencair, sehingga permukaan air laut     menaik. Terbentuklah  pulau-pulau di Nusantara, mulai hidup jenis Homo Sapiens (manusia seperti kita sekarang)

C.Berdasarkan benda-benda peninggalan yang ditemukan, masa pra-aksara/pra-sejarah dibagi menjadi:

1.Zaman batu, yaitu zaman ketika manusia mulai mengenal alat-alat yang terbuat dari batu. Pada zaman ini, bukan berarti alat-alat dari kayu atau bambu tidak dibuat. Alat yang terbuat dari bahan kayu atau bambu mudah rapuh, tidak tahan lama seperti dari batu, bekas-bekas peninggalannya tidak ada lagi.

Zaman batu ini dibagi lagi atas beberapa periode, yaitu:
a. zaman batu tua (Palaelithkum);
b. zaman batu tengah (Mesolithikum);
c. zaman batu muda (Neolithikum);
d. zaman batu besar (Megalithikum).


D. Jenis-jenis manusia purba di Indonesia

1.         Meganthropus Paleojavanicus :  Memiliki tulang pipi yang tebal
                                                                Memiliki otot kunyah yang kuat
                                                                Memiliki perwatakan yang tegap

E. Kehidupan Manusia Purba: sosial, ekonomi, dan kepercayaan
Perkembangan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Manusia Purba di Indonesia
1. MASA BERBURU DAN MERAMU (food gathering)/MENGUMPULKAN MAKANAN
a) Kehidupan Sosial
· Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah.
Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut:
a. Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami.
b. Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik.
c. Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak dan mudah diperoleh.
· Mereka masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula kelompok yang tinggal di daerah pantai
· Mencari makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya.
· Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam mengikuti binatang buruan/ mengumpulkan makanan.
· Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja. Laki-laki pada umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu makanan yang akan di makan.
· Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas.
· Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan peralatan yang masih sanagat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai bahaya.
b) Kehidupan Ekonomi
v Pada masa ini belum ada tanda-tanda adanya kehidupan ekonomi.
v Pada masa ini untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka bekerjasama dalam kelompok (10-15 orang) untuk berburu dan mengumpulkan makanan. Sehingga kebutuhan hidup mereka dapat dipenuhi dengan cara mengambil apa yang ada di alam. Ketika persediaan makanan di suatu daerah sudah habis maka mereka akan berpindah dan 
mencari daerah lain yang menyediakan kebutuhan hidup mereka.
v Memang pada akhir masa ini dapat diketahui bahwa asal kapak genggam dan alat-alat serpih serta alat-alat tulang berasal dari Asia. Namun belum ada bukti-bukti yang menunjukkan adanya tanda-tanda berupa alat penukar.
c) Kehidupan Budaya
ü Dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama kelamaan mereka membuat perahu.
ü Mereka belum mampu membuat gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal cara memasak makanan, salah satunya yaitu dengan cara membakar.
ü Mereka sudah mengenal perhiasan yang sanagat primitif yaitu dengan cara merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung.
ü Untuk mencukupi kebutuhan hiudup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan kayu.
ü Pada masa itu mereka memilih untuk tinggal di goa-goa. Dari tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu, seperti:
- Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak genggam, Pahat genggam, Alat serpih, Alat-alat dari tulang, dll.
d) Kepercayaan
Pada saat itu masyarakat sudah mengenal kepercayaan pada tingkat awal. Mereka yakin bahwa ada hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup.
Mereka telah mengenal kepercayaan sistem penguburan sebagai bukti penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Hal ini terbukti dengan didirikan kuburan sebagai bukti penghormatan terakhir pada orang yang meninggal
Hal ini menunjukkan bahwa telah muncul kepercayaan pada masa berburu dan meramu. Dengan penguburan berarti telah muncul konsep kepercayaan tentang adanya hubungan antara orang yang sudah meninggal dengan yang masih hidup.
Manusia purba di Indonesia pada masa ini diperkirakan sudah mengenal bahwa jenazah manusia itu harus dikubur. Kesadaraan akan adanya kekuatan gaib di luar perhitungan manusia. Itulah yang menjadi dasar kepercayaan.
e) Teknologi
Teknologi masa food gathering masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka.
2. MASA BERCOCOK TANAM (food Producing) dan berternak
a) Kehidupan Sosial
☼ Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama 
seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan
☼ Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.
☼ Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
☼ Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat tinggal.
☼ Populasi penduduk meningkat. Usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.
☼ Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.
☼ Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para anggotanya.
☼ Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
b) Kehidupan Ekonomi
☺ Mereka telah mengenal sistem barter, dimana terjadi pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sistem barter merupakan langkah awal bagi munculnya sistem perdagangan/ sistem ekonomi dalam masyarakat.
☺ Hubungan antar anggota masyarakat semakin erat baik itu di lingkungan daerah tersebut maupun di luar daerah
☺ Sistem perdagangan semakin berkembang seiring dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat.
☺ Untuk memperlancar diperlukan suatu tempat khusus bagi pertemuan antara pedagang dan pembeli yang pada perkembangannya disebut dengan pasar. Melalui pasar masyarakat dapat memenuhi sebuah kebutuhan hidupnya.
c) Kehidupan Budaya
♫ Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik
♫ Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang
♫ Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam:
Beliung Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
Kepercayaan masyarakat pada masa ini diwujudkan dalam berbagai upacara tradisi Megalitikum/upacara-upacara keagamaan, persembahan kepada dewa dan upacara penguburan mayat yang dibekali dengan benda milik pribadi ke kuburnya.
♣ Terdapat kepala suku yang memiliki kekuasaan dan tanggungjawab penuh terhadap kelompok sukunya. Seorang kepala suku dapat mengatur dan melindungi kelompok sukunya dari segala bentuk ancaman seperti, ancaman dari binatang buas, ancaman dari kelompok lainnya, ancaman dari wabah penyakit. Roh nenek moyang selau mengawasi kelompok masyarakatnya. Kepala suku berhak mengambil keputusan apapun.
♣ Wujud kepercayaan pada masa ini tampak dengan telah dihasilkan bangunan megalit, seperti menhir, dolmen, keranda, kubur batu, dll. Adanya bangunan megalit menunjukkan bahwa pemujaan roh nenek moyang mempunyai tempat penting dalam kehidupan rohani pada masa itu. Pada masa itu telah ada pula upacara yang berkaitan erat dengan kepercayaan atau agama.
e) Teknologi
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran dalam peradaban manusia yaitu dari kehidupan food gathering menjadi food producing. Sehingga terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan umat manusia.
3. MASA PERTANIAN
Ketika ditemukan tanaman padi maka sistem pertanian menjadi semakin meningkat dan berkembang menjadi sistem persawahan. Mereka juga mulai memelihara binatang ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
a) Kehidupan Sosial
ü Bertani adalah mata pencahariannya. Mulai membudidayaakan tanaman dan hewan peliharaan tertentu seperti membudidayakan tanaman padi dan memelihara kerbau sebagai hewan ternak
ü Mereka sudah berladang/ bersawah, dalam bekerja mereka melakukan secara bersama-bersama/ secara gotong-royong. Dengan alat pendukung kapak perunggu yang berfungsi sebagai pacul.
ü Untuk mengisi waktu menunggu musim panen tiba mereka membuat anyaman dari bambu/ rotan
ü Mendiami tempat-tempat kecil dengan tujuan untuk menghindari serangan binatang buas
ü Mulai mendirikan rumah sebagai tempat berteduh dengan cara bergotong-royong yang disertai dengan upacara tradisional. Mulai menetap dalam waktu yang cukup lama. Mereka sudah mengenal pertukangan dengan alat pendukung berupa kapak beliung
yang berfungsi sebagai alat pemotong kayu. Dengan alat-alat tersebut digunakan untuk mendirikan rumah dengan cara gotong-royong pula.
ü Muncul ikatan sosial antara masyarakat dan keluarga
ü Muncul struktur kepemimpinan di kampung
ü Mulai digunakan bahasa sebagai alat komunikasi
ü Mereka telah memiliki aturan dalam kehidupan masyarakat guna ketertiban dan rapinya kerjasama dengan cara pembagian kerja
ü Mereka memiliki kebiasaan untuk menyelenggarakan upacara secara tertur yang melibatkan orang lain.
b) Kehidupan Ekonomi
§ Memiliki tingkat kemakmuran yang tinggi, diketahui dari perkembangan teknik pertanian
§ Muncul kegiatan ekonomi dengan sistem barter
§ Masyarakat sudah mengenal kegiatan ekonomi sebab pada masa itu sudah ada semacam tempat produksi alat-alat seperti kapak batu. Hal ini diketahui dari adanya penemuan bilah-bilah batu yang belum di asah halus dalam jumlah besar di suatu tempat yang diperkirakan sebagai tempat bahan kapak batu. Selain itu ditemukan pula kapak-kapak yang sudah jadi.
§ Jika ada tempat untuk memproduksi berarti pada waktu itu telah ada konsumen yang membeli. Selain itu ditemukan kulit-kulit kerang yang diprediksikan sebagai alat penukar (mata uang).
c) Kehidupan Budaya
Ø Mereka sudah menetap, dan tinggal di rumah-rumah, membentuk perkampungan dan hidup sebagai petani.
Ø Mereka telah mengenal musim sehingga dapat dipastikan mereka telah menguasai ilmu perbintangan (ilmu falak).
Ø Mereka telah menggunakan alat-alat kehidupan yang halus seperti kapak persegi, dan kapak lonjong, selain itu juga menggunakan kapak perunggu, nekara, gerabah serta benda-benda megalitik.
Ø Alat-alat yang dibuat dari batu, seperti kapak batu halus dengan beragai ukuran kapak batu dengan ukuran kecil yang indah digunakan sebagai mas kawin, alat penukar, atau alat upacara.
Ø Kapak-kapak dari logam berupa perunggu memunculkan budaya megalitik berupa menhir, dolmen, punden berundak, pandhusa, dll.
Ø Alat-alat yang dibuat dari tanah liat sangat berhubungan erat dengan adanya proses kimia, yaitu proses pencampuran tanah liat, penjemuran, dan teknik-teknik pembakarannya. Gerabah sudah dibuat dengan warna-warni dan dengan hiasan yang 
beraneka ragam. Seperti hiasan dari anyaman kain yang menunjukkan bahwa nenek moyang kita sudah mengenal tulisan.
4. MASA PERUNDAGIAN
a) Kehidupan Sosial
J Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana.
J Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen.
J Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan.
J Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat.
J Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu.
J Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.
b) Kehidupan Ekonomi
¯ Dari segi ekonomi, pada masa ini telah terjadi perdagangan dengan cara tukar menukar/ barter dimana perdagangan tersebut dilakukan dengan menggunakan perahu bercadik. Perdagangan tersebut berlangsung di kawasan Asia Tenggara bahkan sampai ke India. Hal ini terbukti dengan masuknya pengaruh India ke Indonesia.
c) Kehidupan Budaya
 Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian yang tinggi
 Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya.
 Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.
        Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana 
harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam.
 Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.
d) Kepercayaan
Æ Keberhasilan segala usaha dianggap tergantung pada kekuatan supranatural oleh karena itu setiap usaha harus dimulai dengan upacara khusus untuk mendapatkan restu dari nenek moyang.
Æ Dalam seni lukisan semakin menggambarkan kehidupan beragama yang menetap. Lukisan tersebut dimaksudkan untuk memuja roh nenek moyang. Kepercayaan terhadap roh nenek moyang tersebut disertai dengan upacara-upacara tertentu. Pada masa ini golongan ulama memiliki kedudukan yang penting dalam masyarakat, sebab mereka adalah orang yang menghubungkan antara dunia dengan kekeuatan gaib
e) Teknologi
b Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina.
b Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu.
b Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam.
b Teknik yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai berikut :
1. Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala bagiannya.
2. Model lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah
3. Dengan cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung
4. Jika lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi
5. Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang terbuat dari logam.
B. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA
Teknologi ialah usaha-usaha manusia dengan berbagai cara untuk mengubah keadaan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perkembangan teknologi dapat dilihat dari kebudayaan yang berkembang waktu itu. Kebudayaan merupakan hasil pemikiran manusia yang dilakukan secara sadar yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Kebudayaan Ngandong dan Pacitan merupakan kebudayaan Palaeolitik tertua di Indonesia.
  Kebudayaan Pacitan
Tahun 1935 di daerah Pacitan, Von Koeningswald dan Tweedie menemukan alat yang terbuat dari batu. Alat-alat tersebut oleh Movius diklasifikasikan menjadi;
KapakPerimbas 
Adalah benda yang memiliki bentuk seperti kapak tetapi tidak memiliki tangkai yang terbuat dari batu. Cara menggunakan kapak ini adalah dengan menggenggamnya. Disamping daerah Pacitan daerah lainnya yang darinya ditemukan jenis kapak perimbas adalah Ciamis, Gombong, Bengkulu, Lahat, Bali, Flores dan daerah Timor. Berdasarkan lapisan penemuannya, para ahli menyimpulkan bahwa kapak perimbas adalah hasil budaya Pithecantropus erectus. 
Selain di Indonesia, kapak jenis ini juga ditemukan di beberapa negara Asia, seperti Myanmar, Vietnam, Thailand, Malaysia, Pilipina, dan Cina sehingga sering dikelompokkan dalam kebudayaan Bascon-Hoabin.

Kapak genggam 
Kapak genggam memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas, tetapi lebih kecil dan belum diasah. Kapak ini juga ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Cara menggunakan kapak ini adalah menggenggam bagian yang kecil.

Pahat genggam 
Pahat genggam memiliki bentuk lebih kecil dari kapak genggam. Menurut para ahli, pahat ini dipergunakan untuk menggemburkan tanah. Alat ini digunakan untuk mencari ubi-ubian yang dapat dimakan.

Alat-alat dari tulang 
Tampaknya, tulang-tulang binatang hasil buruan telah dimanfaatkan untuk membuat alat seperti pisau, belati, mata tombak, mata panah, dan lain-lainnya. Alat-alat ini banyak ditemukan di Ngandong dan Sampung (Ponorogo). Oleh karena itu, pembuatan alat-alat ini sering disebut kebudayaan Sampung.

Blade, Flake, dan Microlith 
Alat-alat ini banyak ditemukan di Jawa (dataran tinggi Bandung, Tuban, dan Besuki); di Sumatera (di sekeliling danau Kerinci dan gua-gua di Jambi); di Flores, di Timor, dan di Sulawesi. Semua alat-alat itu sering disebut sebagai kebudayaan Toale atau kebudayaan serumpun.

Alat-alat serpih 
Adalah alat-alat yang terbuat dari pecahan batu yang dibuat dengan bentuk yang sangat sederhana yang kemungkinan besar dibuat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dilihat dari bentuknya maka kemungkinan alat-alat serpih itu antara lain memiliki fungsi sebagai pisau, atau alat penusuk. Alat-alat ini di Indonesia banyak ditemukan di daerah Sangiran (Jawa Tengah), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Maumere (Flores), dan Timor. Kebanyakan ditemukan di dalam ceruk atau gua-gua yang merupakan tempat tinggal manusia prasejarah.
,. Karena pada umumnya penggunaannya dengan cara digenggam maka diberi nama kapak genggam (chopper). Cara pembuatannya masih kasar karena sekedar mencukupi keperluan saja.Pithecanthropus Erectus merupakan manusia purba pendukungkebudayaan Pacitan.
Karena awalnya ditemukan di Pacitan maka disebut kebudayaan Pacitan. Kesimpulan bahwa disebut kebudayaan Pacitan diperoleh setelah membandingkan dengan penemuan fosil Pithecantropus Pekinensis di Gua Choukoutien oleh Davidson Black. Dimana manusia purba tersebut ditemukan beserta alat kebudayaannya yang mirip dengan alat kebudayaan Pacitan. Selain di Pacitan alat-alat berupa kapak genggam ditemukan di Parigi, Gombong, Sukabumi dan Lahat..
Kebudayaan Ngandong
Alat-alat dari tulang dan kapak genggam yang ditemukan di daerah Ngandong (sebelah utara, Madiun) oleh Von Koenigswald tahun 1934 dinamakan Kebudayaan Ngandong. Yang termasuk kebudayaan Ngandong ialah yang ditemukan di Sangiran, yang dinamakan alat-alat serpih, berfungsi sebagai pisau, belati atau alat penusuk. Alat serpih juga ditemukan di daerah Sulawesi Selatan, Flores, dan Timor. Di Ngandong dan Sidorejo (Ngawi) ditemukan alat-alat terbuat dari tulang, tanduk dan kapak genggam dari batu. Alat dari tulang berfungsi sebagai alat tusuk (belati). Alat dari tanduk digunakan untuk mengorek ubi dari dalam tanah. Selain itu, ditemukan alat-alat seperti tombak yang berfungsi untuk menangkap ikan.
Pithecanthropus Soloensis dan Homo Wajakensis merupakan manusia purba yang menghasilkan kebudayaan Ngandong hidup pada zaman Pleistosein atas.
Kebudayaan Tulang di Sampung
Van Stein Callenfels pada tahun 1928 sampai 1931 mengadakan penelitian di gua Lawa dekat Sampung (daerah Ponorogo). Sebagian besar alat-alat yang ditemukan terdiri atas alat-
alat tulang. Sehingga kebudayaan tersebut dinamakan Sampung Bone-Culture.
C. KEPERCAYAAN MASYARAKAT PRASEJARAH DI INDONESIA
Ada 2 sistem kepercayaan pokok yang berkembang pada masyarakat prasejarah Indonesia, yaitu:
a. Animisme, adalah kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda termasuk pohon, batu, sungai, dan gunung.
b. Dinamisme, ialah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan/ kegagalan manusia untuk mempertahankan hidup.
Selain kedua sistem kepercayaan tersebut masih ada yang lain, yaitu:
a. Fetisisme, adalah kepercayaan adanya jiwa dalam benda tertentu (dalam keris, batu mulia/akik)
b. Animatisme, ialah kepercayaan bahwa benda-benda dan tumbuhan itu berjiwa dan berpikir seperti manusia
c. Totemisme, yaitu kepercayaan kepada binatang sebagai totem/ lambang dari dewa nenek moyang baik berupa binatang maupun benda.
d. Syaminisme, adalah kepercayaan akan adanya orang yang dapat menghubungkan manusia dengan roh.
Peralatan penunjang upacara salah satunya Dolmen, yaitu batu yang berbentuk meja dan digunakan sebagai tempat persembahan bagi roh nenek moyang serta mempunyai kekuatan tertinggi yang melindungi mereka.
Perkembangan kepercayaan Masyarakat
a. Kepercayaan terhadap Nenek Moyang
Sistem kepercayaan pada masyarakat Indonesia sudah ada sejak masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa itu sudah mengenal adanya penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal dengan cara menguburkan orang yang sudah meniggal di goa-goa.
·Adanya pandangan,hidup tidak akan berhenti setelah orang meninggal. Orang yang meninggal akan pergi ke suara tempat yang lebih baik. Orang yang sudah meninggal masih dapat dihubungi oleh orang yang masih hidup di dunia ini demikian pula sebaliknya. Jika yang meninggal orang yang berpengaruh maka diusahakan akan selalu ada hubungan untuk dimintai nasehat/ perlindungan bila ada kesulitan dalam kehidupan di dunia.
Pada masa bercocok tanam ini ditemukan pula bangunan-bangunan megalitikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan/ penghormatan kepada roh nenek moyang. Mereka telah menghormati orang yang sudah meninggal.
Ditemukan pula bekal kubur, sebab sebagai bekal untuk menuju ke alam lain. Masyarakat Indonesia telah memberikan penghormatan dan pemujaan kepada roh 
nenek moyang.
b. Kepercayaan Animisme
Muncul kepercayaan yang bersifat Animisme, yaitu suatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh/ jiwa. Munculnya kepercayaan yang bersifat animisme didasari oleh adanya berbagai pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, adanya kepercayaan di tengah masyarakat terhadap benda-benda pusaka yang dipandang memiliki roh/ jiwa. Contoh: tombak, keris, dan benda-benda pusaka lainnya. Dapat pula bangunan gedung tua, pohon besar, dsb.
c. Kepercayaan Dinamisme
Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Sejak bercocok tanam berkembang kepercayaan dinamisme. Kepercayaan ini timbul didasari oleh pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan yang terus berkembang secara turun temurun dari generasi ke generasi hingga sekarang. Seperti keris/ tombak, dipandang memiliki kekuatan gaib untuk memohon turunnya hujan, apabila keris itu ditancapkan dengan ujung menghadap ke atas akan dapat menurunkan hujan.
d. Kepercayaan Monoisme
Kepercayaan Monoisme merupakan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan ini berdasarkan pengalaman-pengalaman dari masyarakat. Pola pikir manusia berkembang. Manusia mulai berpikir tentang apa yang dialaminya. Pertanyaan yang muncul hingga pada kesimpulan bahwa di luar dirinya ada suatu kekuatan yang makin besar dan yang tidak ditandingi oleh kekuatan manusia. Kekuatan itu adalah kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia percaya bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta beserta isinya. Oleh karena itu, manusia wajib melestarikan alam semesta agar dapat memenuhi kebutuhan hidupannya, atau menjaga keseimbangan alam semesta agar dapat menjadi tumpuan hidup manusia.


     Nama Pembuat       :    ÑShaqina Rahmiathul JannahÐ

Kelas                       :    VII 8

Sekolah                   :     JSMP Negeri 15 PalembangJ